MATERI PERTEMUAN 3 KELAS X
A. Akidah Islam pada Masa Nabi Muhammad Saw.
Masa Rasulullah Saw. merupakan periode pembinaan akidah dan peraturan peraturan dengan prinsip kesatuan umat dan kedaulatan Islam. Segala masalah yang belum ada jawabannya dikembalikan langsung kepada Rasulullah Saw. sehingga beliau berhasil menghilangkan perpecahan antara umatnya.Ketika Rasulullah Saw. masih hidup seluruh urusan agama Islam baik pemahaman, pengalaman ajaran Islam dapat langsung diterima dan melihat contoh Rasulullah Saw. Apabila ada masalah-masalah urusan agama Islam bahkan urusan kemasyarakatan para sahabat dapat menanyakan langsung kepada Rasulullah Saw., sehingga perbedaan pemahaman dan pandangan urusan agama Islam tidak terlihat dan terjadi.
Para sahabat menerima dan memahami kandungan al-Quran dan hadis yang berkaitan dengan akidah dan sifat-sifat Allah Swt. tanpa banyak mempersoalkannya.Untuk itu, pada zaman Nabi Saw. kepercayaan umat Islam adalah sangat kukuh dan teguh.
Pada prinsipnya, ada dua karakteristik akidah di masa pembentukan atau pertumbuhan Islam, yaitu sederhana dan integral. Maksudnya, ajaran-ajaran tentang tauhid disampaikan secara sederhana tanpa ada pembahasan yang rumit dan bertele-tele.
Pada prinsipnya, ada dua karakteristik akidah di masa pembentukan atau pertumbuhan Islam, yaitu sederhana dan integral. Maksudnya, ajaran-ajaran tentang tauhid disampaikan secara sederhana tanpa ada pembahasan yang rumit dan bertele-tele.
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini menggambarkan kesederhanaan itu. Rasulullah Saw. ditanya: “Wahai Rasulullah! Apakah sudah diketahui orang yang akan menjadi penghuni surga dan orang yang akan menjadi penghuni neraka?” Rasulullah Saw. menjawab: “Ya.” Kemudian beliau ditanya lagi: “Jadi untuk apa orang-orang harus beramal?” Beliau. menjawab: “Setiap orang akan dimudahkan untuk melakukan apa yang telah menjadi takdirnya.”
Akidah di masa Rasul Saw. bersifat integral, karena ajaran itu berhubungan langsung dengan aspek ibadah dan akhlak. Masalah akidah dibicarakan selalu dalam konteks ibadah dan akhlak. Begitu pula sebaliknya. Hal ini telah dipraktikkan oleh Nabi Saw. dan para sahabat sejak periode Mekah sampai periode Madinah.
Akidah di masa Rasul Saw. bersifat integral, karena ajaran itu berhubungan langsung dengan aspek ibadah dan akhlak. Masalah akidah dibicarakan selalu dalam konteks ibadah dan akhlak. Begitu pula sebaliknya. Hal ini telah dipraktikkan oleh Nabi Saw. dan para sahabat sejak periode Mekah sampai periode Madinah.
Pada masa ini, Tauhid menjadi praktek (amaliyah), yaitu apa yang tersimpan dalam keimanan mereka, itulah yang tampak pada akhlak tingkah laku mereka yang mulia. Tauhid ini hanya dapat diambil secara qudwah, yaitu dengan melihat contoh dari seorang insan yang sudah merealisasikannya, bukan dari sekadar teori teori ilmiah.
Di antara sabda Nabi Saw. yang membicarakan masalah akidah sebagai berikut :
Di antara sabda Nabi Saw. yang membicarakan masalah akidah sebagai berikut :
1. Penjelasan bahwa Islam memiliki 5 rukun yang harus dibangun, dan Keislaman tidak sempurna apabila tidak melaksanakan lima rukun Islam tersebut. Karena Nabi Muhammad Saw. menjawab dengan demikian : Rasulullah menjawab, “Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan salat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.”
2. Iman mencakup enam perkara, yaitu: Rasulullah menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk”. Orang tadi berkata, “Engkau benar”.
3. Penjelasan tentang ihsan, yaitu manusia beribadah kepada Allah Swt. dengan meyakini bahwa Allah ada dan mengawasinya. Ia ingin selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Derajat ihsan inilah yang paling sempurna. Jika tidak sampai pada keadaan ini, maka kepada derajat kedua, yaitu beribadah kepada Allah dengan peribadatan ( rasa takut) terhadap siksa-Nya. Karena itu Nabi besabda: “Jika kamu tidak melihatnya, maka ia melihatmu”.
Pada masa Rasulullah, persoalan-persoalan yang berhubungan dengan akidah justru sering muncul dari kaum musyrikin dan munafiqin. Kaum musyrikin mengangkat permasalahan qadar tujuannya ialah untuk membenarkan perbuatan jahat dan dosa yang mereka kerjakan, yaitu menisbatkan perbuatan mereka kepada kehendak Allah Swt.
Pada masa Rasulullah, persoalan-persoalan yang berhubungan dengan akidah justru sering muncul dari kaum musyrikin dan munafiqin. Kaum musyrikin mengangkat permasalahan qadar tujuannya ialah untuk membenarkan perbuatan jahat dan dosa yang mereka kerjakan, yaitu menisbatkan perbuatan mereka kepada kehendak Allah Swt.
Dengan demikian perbuatan mereka seakan-akan direstui oleh Allah Swt. dan merupakan kehendak Allah Swt. Sedangkan kaum munafik mengeluarkan komentar-komentar yang mengindikasikan qadariah. Tidak lain maksudnya untuk melemahkan semangat umat Islam dalam peperangan Uhud yang berpangkal dari kedengkian dan iri hati mereka terhadap Rasulullah Saw.
Di bawah ini beberapa penyimpangan akidah dari kaum musyrikin pada zaman Rasulullah :
1. Prasangka buruk kaum jahiliyah, sebagaimana firman Allah ketika kaum musyrikin menang pada perang Uhud. Sebagian kaum Muslimin menyangka bahwa mereka tidak ditolong oleh Allah Swt. dan timbullah anggapan bahwa Islam telah berakhir bersamaan dengan kalahnya kaum muslimin dari kaum kafir.
2. Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Bukakabar/Admin)
Komentar0