BUA0GUMiGfG7TfY6TSY7Tpr7GA==

Kehendak dan Perbuatan Allah Menurut Pemikiran Muktazilah, Asyariah, Maturidiah

Kehendak dan Perbuatan Allah Menurut Pemikiran Muktazilah, Asyariah, Maturidiah

MATERI PERTEMUAN 6 KELAS XII

Kehendak dan Perbuatan Allah Menurut Muktazilah, Asyariah, Maturidiah

A. Kehendak dan Perbuatan Allah SWT

1. Pengantar Pemikiran 

Pemikiran kalam Qadariah dan jabariah tentang perbuatan manusia, membawa aliran yang baru muncul untuk juga ikut adil menyikapinya. Lebih jauh lagi, pemikir kalam yang baru muncul seperti Muktazilah, Asyariah dan Maturidiah, memperluas objek permasalahan. Sehingga bukan hanya manusia yang menjadi objek kajian kalam, tetapi Allah SWT juga tidak lepas dari objek kajian mereka. 

Di antara kajian tentang Allah SWT, yang berhubungan erat dengan perbuatan manusia adalah tentang kehendak dan perbuatan Tuhan. Keterkaitan antara Khalik dan Makhluk dengan sendirinya memberikan ruang kepada para mutakallimin untuk memikirkan hubungan perbuatan di antara Khalik dan Makhluk.

2. Rincian Pemikiran 

A. Perspektif Muktazilah

Mengenai kehendak Allah SWT. Muktazilah mengatakan bahwa sebetulnya kehendak dan kekuasaan Allah SWT, sudah tidak mutlak lagi. Hal tersebut disebabkan oleh kebebasan yang diberikan Allah SWT kepada manusia, serta keadilan yang tertuang dalam sunatullāh (hukum alam) yang menurut al-Qur’an tidak pernah berubah. 

Kekuasaan dan kehendak mutlak Allah SWT  berlaku dalam jalur hukum alam semesta. Hal tersebut berdasarkan pada Q.S. al-Ahzab {33}: 62, al-Anbiya {21}: 47, yasin {36}: 54, fuṣilat {41}: 46, an-Nisa {4}: 40, al-kahf {18}: 49.

Mengenai perbuatan Allah SWT, Muktazilah berpendapat bahwa Allah SWT suci dari penisbatan buruk dan dzalim, seperti menciptakan kekufuran dan kemaksiatan. Karena jika Allah SWT, menciptakan kedzoliman, pastilah Allah SWT juga termasuk dzolim, sebagaimana orang yang menciptakan keadilan, maka ia pun termasuk orang yang adil. 

Muktazilah beranggapan, bahwa Allah SWT hanya melakukan yang baik, dan tidak melakukan yang tidak baik. Oleh sebab itu Allah SWT, wajib menjaga kemaslahatan hamba-hambanya. Dalil yang digunakan adalah Q.S. al-Anbiya {21}: 23 dan ar-Rum {30}: 8.  

Selain itu, Allah SWT adil, keadilan Allah SWT menghendaki manusia untuk menciptakan perbuatan mereka sendiri, adapun Allah SWT tidak menciptakan perbuatan manusia. Konsep keadilan Allah SWT, akhirnya mendorong Muktazilah pada pemahaman bahwa Allah SWT berkewajiban berbuat yang terbaik bagi manusia. Di antara kewajiban tersebut adalah: 
a) Kewajiban tidak memberikan beban di luar kemampuan manusia 
b) Kewajiban mengirimkan Rasul, karena akal tidak akan mengetahui tentang yang ghaib. 
c) Kewajiban menepati janji (al-wa’d) dan ancaman (al-Wa’id).  

B. Perspektif Asyariah

Asyariah meyakini bahwa kehendak dan kekuasaan Allah SWT bersifat mutlak. Apa yang Allah SWT lakukan tidak dibatasi oleh kepentingan manusia dan kepentingan lainnya, tetapi semua itu benar-benar atas kemutlakan kehendak dan kekuasaanNya. Kehendak Allah SWT juga tidak dibatasi oleh keadilanNya. Adil menurut Asyariah adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Karena Allah SWT memiliki kekuasaan dan kehendak yang mutlak, maka keadilan bagi Allah SWT, ialah kebebasan untuk melakukan apapun sesuai kehendakNya. 

Allah SWT bebas memberikan pahala kepada siapapun sesuai kehendakNya, itu semua adil bagi Allah SWT.  Justru tidak adil jika Allah SWT tidak dapat berbuat sekehendakNya. Dalil yang digunakan Asyariah yang menunjukkan kehendak dan kekuasaan mutlak Allah SWT adalah Q.S. al-Buruj {85}: 16, Q.S. Yunus {10}: 99, Q.S. as-Sajdah {32}: 13, Q.S. al An’am {6}: 112, dan Q.S. al-Baqarah {2}: 253.  

Dalam perbuatan Allah SWT, Asyariahh jelas tidak melakukan pembatasan, sebagaimana tidak dibatasinya kehendak Allah SWT.  Bagi Asyariah Allah SWT bebas melakukan apapun, jika Allah SWT mau, maka Allah SWT bebas memasukkan seluruh manusia ke sorga, tidak ada pengecualian. 

Bahkan salah seorang pengikut Asyariah (pengarang kitab jawharat tauhid) mengatakan: “Jika Allah SWT memberikan pahala kepada kita, itu semua karena kemurahanNya. Dan jika dia menyiksa kita, maka semata-mata karena keadilanNya. Oleh sebab itu, Asyariah tidak sependapat dengan Muktazilah tentang kewajiban Allah SWT. Bagi Asyariah, sangat tidak masuk akal jika Allah SWT memiliki kewajiban, karena hal tersebut jelaslah bertentagan dengan ke Maha kuasaanNya sebagai Tuhan.

C. Perspektif Maturidiah

Kehendak mutlak Allah SWT menurut Maturidiah Samarkand, sesuai oleh keadilanNya. Allah SWT, juga tidak akan memberikan beban di luar kesanggupan manusia, Allah SWT akan memberikan balasan baik atau buruk sesuai dengan apa yang telah diperbuat manusia. 

Adapun dalam versi Maturidiah Bukhoro, bahwa Allah SWT memiliki kekuasaan mutlak. Tidak ada yang bisa melarang Allah SWT, karena tidak ada satu pun dzat yang lebih berkuasa daripada Allah SWT. Keadilan Allah SWT tidak diletakan di atas kepentingan manusia dan Allah SWT adalah Sang pemilik mutlak. Apapun sah Allah SWT lakukan kepada yang dimilikiNya. Sejatinya, semua hal adalah milik Allah SWT. 

Maturidiah Bukhoro juga menekankan bahwa Allah SWT pasti menepati janji dan ancamannya. Terkait masalah bolehnya Allah SWT memberikan beban di luar kemampuan manusia –sebagaimana pendapat Asyariah-, maka Buhkoro juga menyepakatinya. 

Komentar0

Type above and press Enter to search.