BUA0GUMiGfG7TfY6TSY7Tpr7GA==

Perbuatan Manusia Menurut Pemikiran Jabariah, Qadariah, Muktazilah, Asyariah, dan Maturidiah

Perbuatan Manusia Menurut Pemikiran Jabariah, Qadariah, Muktazilah, Asyariah, dan Maturidiah
 

MATERI PERTEMUAN 5 KELAS XII

Perbuatan Manusia Menurut Pemikiran Jabariah, Qadariah, Muktazilah, Asyariah, dan Maturidiah

A. Perbutaan Manusia

1. Pengantar Pemikiran 

Manusia, sebagai khalifah di muka bumi ini, tentu saja diberikan kecerdasan oleh Allah SWT. Kecerdasan merupakan bukti yang Allah SWT tunjukan langsung di depan para Malaikat, ketika mereka menayakan tentang hikmah penciptaan Adam a.s. 

Keturunan nabi Adam seperti yang kita saksikan sekarang telah sampai pada kemajuan yang signifikan di muka bumi, terutama dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kemajuan tersebut, bukan lah yang diperdebatkan, karena memang begitu lah kenyataannya.Namun ada sisi lain dari sebuah kemajuan, yang menjadi titik fokus pantauan para mutakallimin (ahli kalam).  

Kemajuan sebuah peradaban, tentu saja tidak lepas dari kreasi pemikiran dari individu dan juga kelompok. Kreasi pemikiran dan perbuatan inilah yang menjadi fokus perhatian, apakah yang dipikirkan dan yang diperbuat manusia, adalah ciptaan mereka sendiri, atau merupakan ciptaan dzat yang Maha kuasa, yang menggerakan setiap pemikiran dan perbuatan hambanya.

2. Rincian Pemikiran 

2.1. Perspektif Jabariah 

Jabbariyah terbagi ke dalam beberapa kelompok. Dalam perspetif kelompok ekstrim, manusia terpaksa oleh Allah SWT, dalam segala hal. Manusia dikatakan melakukan sesuatu, hanya sebuah kiasan belaka, sebagaimana sungai mengalir, batu bergerak dan sebagainya. 

Sejatinya manusia tidak bisa berbuat apapun, ia tidak memiliki daya, tidak memiliki kehendak dan tidak mempunyai pilihan. Bahkan dalam masalah taklīfi sekalipun, sesungguhnya manusia hanya dipaksakan untuk memperoleh pahala dan menerima siksaan, karena perbuatan manusia, baik ataupun buruk sesungguhnya sudah ditaqdirkan Allah SWT baginya tanpa manusia diberikan kehendak sama sekali menurut mereka.

Argument-argument kaum jabriyah, secara umum dilandaskan pada penafsiran mereka terhadap Q.S. al-Hadid {57}: 22, al-Anfal {8}: 17, dan al-Insan {76}: 30 

2.2. Perspektif Qadariah 

Berbanding terbalik dari Jabriah, Qadariah justru menekankan fungsi manusia dalam segala perbuatannya. Bahwa setiap tingkah laku manusia, berdasarkan pada kehendaknya sendiri. 

Manusia berwenang untuk menentukan pilihan hidupnya, oleh sebab itu manusia berhak mendapatkan pahala atas usahanya, juga berhak mendapatkan siksa karena apa yang ia perbuat. 

Bagi kaum Qadariah, sangat mengherankan jika manusia mendapatkan pahala dan siksa dari perbuatan yang bukan diusahakan dan dikehendakinya sendiri. 

Bagi meraka tidak ada alasan yang tepat, jika menyandarkan perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan (sebagaimana yang dilakukan oleh Jabbariyah). Paham Qadariah ini, sangat berdekatan dengan cara pandang Muktazilah. 

Paham Qadariah tentang perbuatan manusia, secara umum berdasarkan penafsiran mereka terhadap QS al-Kahfi {18}:29, Ali Imran {3}: 165, ar-Ra’d {13}: 11 dan an-Nisa {4}: 111. 

2.3. Perspektif Muktazilah 

Muktazilah terkenal dengan paham free will sebagaimana Qadariah. Dengan paham ini, Muktazilah berkeyakinan bahwa manusialah yang meciptakan segala perbuatan -baik dan buruk- dirinya. Manusia taat atau tidaknya kepada Allah SWT, berdasarkan kepada kemauannya sendiri (bukan kemauan Allah SWT). 

Tidak sampai di situ, Muktazilah juga mengakui bahwa daya (istitha’ah), itu berasal dari manusia itu sendiri, ia ada sebelum adanya perbuatan. Jadi menurut mereka bahwa Allah SWT tidak memiliki andil dalam perbuatan manusia, bahkan sekedar menetapkan daya (untuk mewujudkan kehendak).

Secara umum, pendapat yang digunakan oleh Muktazilah, sama dengan Qadariah, di antaranya: Q.S. al-Mudaṡir {74}: 38, al-Insan {76}:3, al-Muzamil {73}:19, fuá¹£ilat {41}: 46,dan  an-Najm {53}:39-41. 

2.4. Perspektif Asyariah 

Asyariah menggunakan istilah kasb dalam masalah ini. Mereka sendiri memahami bahwa al-kasb merupakan penengah antara aliran jabariah dan Qadariah.

Kasb, yaitu seorang hamba mengarahkan kehendak dan kesengajaannya ke suatu perbuatan (yakni ia menggunakan kemampuannya untuk melakukannya) kemudian Allah menciptakannya ketika itu. 

Kasb ini mengindikasikan bahwa manusia bukanlah makhluk yang tidak berdaya, sebagaimana paham jabariah. Dalil-dalil yang dijadikan acuan Asyariah tentang perbuatan manusia adalah penafsiran mereka terhadap Q.S. al-á¹¢affat {37}: 96, al-Qaá¹£aá¹£ {28}: 68, al-kahfi {18}: 23-24. 

2.5. Perspektif Maturidiah 

Seperti biasa, bahwa ada sedikit perbedaan pendapat antara Samarkand dan Bukhoro. Menurut Maturidiah samarkand, daya yang ada pada manusia adalah daya yang sesungguhnya, bukan kiasan. 

Hanya saja, berbeda dengan Muktazilah, jika menurut Muktazilah, daya yang dimiliki manusia, sudah ada sebelum perbuatan itu ada, sementara menurut Samarkand, daya pada diri manusia berbarengan dengan perbuatannya. Dengan demikian manusia dalam paham Samarkand, tidak sebebas manusia dalam perspektif Muktazilah. 

Sementara itu, Maturidiah Bukhoro lebih membatasi lagi mengenai perbuatan manusia. Bagi mereka, untuk mewujudkan perbuatan, perlu ada dua daya. Allah SWT lah yang menciptakan daya, sementara manusia hanya mampu melakukan perbuatan yang telah diciptakan Tuhan untuknya. 

Komentar0

Type above and press Enter to search.