MATERI PERTEMUAN 7 KELAS XI
Pemikiran Kalam Aliran Jabbariyah
1. Aliran Jabbariyah
a. Pengertian
Secara bahasa Jabbariyah berasal dari kata Jabara yang mengandung pengertian memaksa. Di dalam kamus Al-Munjid dijelaskan bahwa nama Jabbariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu.
Jabara yang berarti memeksa atau terpaksa. Sedangkan secara istilah, Jabbariyah adalah menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah.
Dengan kata lain adalah manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur). Menurut Al-Syahrastany, Al-Jabr berarti maniadakan perbuatan manusia dalam arti yang sesungguhnya dan menyadarkan perbuatan itu kepada Tuhan. Menurut paham ini, manusia tidak kuasa atas sesuatu. Oleh karena itu manusia tidak dapat diberi sifat mampu (Isthitha’ah).
Manusia, sebagai dikatakan Jahm ibn Saffan, terpaksa atas perbuatan-perbuatannya, tanpa ada kuasa (Qudrah), kehendak (Iradah), dan pilihan
bebas (al-Ikhtiyar). Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia, sebagaimana perbuatan tuhan atas benda-benda mati. Jadi, nama Jabbariyah diambil dari kata Jabara yang mengandung arti terpaksa.
Memang dalam aliran ini terdapat paham bahwa manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Dalam istilah bahasa Ingris paham ini disebut Fatalism atau Predistintion. Perbuatan manusia telah ditentukan sejak semula oleh Qodha dan Qhadar tuhan demikian Harun Nasution menyimpulkan.
Faham al-jabr, kelihatannya ditonjolkan buat pertama kali dalam sejarah teologi Islam oleh al-Ja’d ibn Dirham. Tetapi yang menyiarkannya adalah Jahm ibn Safwan dari Khurasan. Jahm yang terrdapat dalam aliran Jabbariyah sama dengan Jahm yang mendirikan golongan al-Jahmiah dalam kalangan Murji’ah sebagai sekretaris dari Syuraih ibn al-Harits, ia turut dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayyah. Dalam perlawanan itu Jahm sendiri dapat ditangkap dan kemudian dihukum bunuh ditahan 131 H.
Paparan di atas telah memberikan informasi, bahwa benih-benih faham Jabbariyah telah lahir semenjak Rosulullah masih hidup dan berkembang semakin kompleks setelah beliau wafat bahkan ketika pemerintahan Umar dan Ali yang meluas hingga masa kekuasaan Bani Umayyah.
Al-Syahrastany membagi Jabbariyah jadi Dua kelompok yaitu yang Ekstrim dan yang moderat. Kelompok Jabbariyah ekstrim atau juga bisa disebut al-Jabbariyah al-Khalish ia tidak menetapkan perbuatan kepada manusia sama sekali, tidak pula kekuasaan atau daya untuk menimbulkan perbuatan itu.
Sedangkan Jabbariyah Moderat atau juga bisa disebut al-Jabbariyah al-Mutawashithoh ia mengakui bahwa manusia mempunyai andil atas perbuatannya oleh karena itu pada penulis Mu’tazilah memasukan Aliran Ahlu Sunnah dan Asy’ariyah mempunyai konsep Kaasb, sehingga menolak dikatakan sebagai berpaham Jabbariyah.
Menurut sebagian pakar dikalangan sebagian masyarakat termasuk Bangsa Arab terdapat sekelompok masyarakat yang merasa lemah dan tidak berkuasa menghadapi kesukaran-kesukaran hidup ang ditimbulkan oleh suasana padang pasir. Kepasrahan mereka terhadap keperkasaan alam ini juga menjadi presenden munculnya aliran-aliran Jabbariyah.
b. Tokoh
1) Jahm bin Shafwan
2) AlJa’ad Bin Dirham
3) Husain Bin Muhammad Al Najjar
4) Dirar Ibn ‘Amr
c. Doktrin Ajaran
1) Aliran ekstrim
Tokoh aliran ekstrim adalah Jahm bin Shofwan, dengan doktrin pokok adalah:
a) Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
b) Surga dan neraka tidak kekal, dan yang kekal hanya Allah.
c) Iman adalah ma'rifat atau membenarkan dengan hati, dan hal ini sama dengan konsep yang dikemukakan oleh kaum Murjiah.
d) Kalam Tuhan adalah makhluk
e) Allah tidak mempunyai keserupaan dengan manusia sehingga tidak disifati berbicara, mendengar, dan melihat.
f) Allah tidak dapat dilihat dengan indera mata di akherat kelak
2) Aliran Moderat
Jabbariyah moderat ini sangat berbeda dengan aliran Jabbariyah yang ekstrim. Jabbariyah moderat berpendapat dan mengatakan bahwa Tuhan memang menciptakan perbuatan manusia, baik dari perbuatan jahat maupun perbuatan baik.
Tetapi manusia memiliki bagian di dalamnya yakni tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek dan tujuan untuk mewujudkan perbuatannya itu sendiri dan inilah yang disebut dengan faham Kasab.
Adapun menurut faham Kasab manusia tidaklah majbur (dipaksa oleh Tuhan) dan tidak seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan sendiri, tetapi manusia memperoleh perbuatan itu dari sang pencipta dan yang diciptakan oleh-Nya.
Tokoh aliran Jabbariyah dalam pemikiran moderat ini adalah Husain bin Muhammad al-Najjar dia menyatakan pokok-pokok teologinya berikut ini:
1. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu sendiri. Maka dari itu inilah yang dinamakan dengan Kasab.
2. Tuhan itu tidak dapat dilihat di akhirat kelak, tetapi menurut al-Najjar Tuhan itu dapat saja memindahkan potensi hati (ma'rifat) pada mata, sehingga manusia sendiri dapat melihat Tuhan.
Komentar0